Sebenarnya pengalaman ini tak akan
kuceritakan kepada siapapun juga tapi aku tersiksa terus-terusan untuk
menutupinya. Pengalaman seksku yang pertama kualami sudah agak lama
tapi terasa seperti baru kemarin.
Aku bersekolah di SMA X
Semarang, sebut saja namaku Mike. Pada pertengahan kelas dua aku
mempunyai seorang pacar, sebutlah namanya Greta. Orangnya cantik dan
sederhana, sungguh aku cinta padanya. Kami berpacaran secara sehat
dalam arti tidak menjurus ke hal-hal yang lebih jauh. Pada hari
terakhir EBTANAS, kami mendiskusikan masa depan kami. Dan ternyata
jalan yang akan kami lalui ternyata berbeda, dia memilih untuk
meneruskan kuliah di Surabaya di Ubaya sedangkan aku lebih senang untuk
meneruskan kuliah di Salatiga saja karena orangtuaku menginginkan aku
kuliah di sana.
Aku coba untuk mengikuti jalan pikirannya,
mungkin dia tidak tahan kalau kuliah di kota kecil. Aku kemudian
mencoba untuk beradaptasi dengan Surabaya. Di Surabaya, aku mengikuti
bimbingan test dan sempat kost di jalan Trenggilis kalau tidak salah.
Tapi pada akhirnya aku menyerah, Surabaya terlalu panas buatku. Memang
di sana semuanya tersedia tapi aku tetap tidak tahan. Mau kos di tempat
yang ber AC, semuanya sudah fully booked.
Akhirnya aku dan Greta
memutuskan untuk berpisah karena kami saling menyadari bahwa pacaran
jarak jauh tidak akan langgeng. Daripada kecewa besok, lebih baik
berpisah saja.
Aku akhirnya kuliah di UKSW, Salatiga dan
mendapat seorang pacar, sebutlah namanya Vonny, anak Solo. Vonny pun
tidak kalah cantik dan menarik. Hubungan kami lancar-lancar saja dan
tidak mendapat gangguan sampai suatu saat aku mengantar Vonny pulang ke
Solo. HP-ku berbunyi. Kulihat nomor Surabaya. Sempat tidak kukenali
nomor yang memanggil HP-ku. Dengan ragu kubuka HP-ku, "Hallo?"
Terdengar suara lembut yang amat kukenali, "Greta!" Hatiku sangat
gembira tapi segera kukuasai perasaanku demi melihat Vonny memandangku
dengan curiga. "Hai! Eh, nanti saja aku telepon balik, aku sedang
nyetir nih!" begitu kilahku.
Setelah Vonny kuantar, aku segera
menelepon balik Greta. Kudengar dia juga sudah punya pacar juga di
Surabaya. Kami bercerita sampai 1,5 jam dan terpaksa kuhentikan sebab
telingaku memerah, mungkin karena radiasi Startac yang begitu besar.
Greta
ternyata memintaku datang ke rumahnya. Ya, akhirnya aku datang juga
dengan perasaan takut karena aku sudah berstatus pacar Vonny. Dia
menganggap aku belum punya siapa-siapa, aku pun tidak bercerita apa pun
padanya. Sikapnya persis sebelum kami putus. Kami saling berpegangan
tangan dan kami lupa diri, kami akhirnya berciuman. Ciuman yang terasa
manis sekali. Aku benar-benar merasa bersalah tapi dia tetap
tenang-tenang saja. Dia malah mengajakku ke Salatiga. Aku sebenarnya
tidak mau mengkhianati Vonny tapi jiwa petualanganku timbul.
Esoknya
kami pergi juga ke Salatiga. Sepanjang perjalanan aku menengok kiri
kanan, takut kepergok orang lain. Beruntung kaca filmku V-kool walaupun
mobilku hanya Great sehingga orang luar tidak dapat melihat ke dalam.
Akhirnya sampai juga ke Salatiga sekitar pukul 10.45. "Non... makan
dulu,ya?" pintaku. Dia malah menjawab, "Ke kosmu saja, aku mau lihat
kosmu kayak apa." Aku akhirnya ke kosku dulu. Dia terkagum-kagum
melihat kostku yang amat besar.
Aku membuka pintu kamarku dan
menjatuhkan diriku di kasur. Sambil tiduran kunyalakan TV dengan
remote, acaranya pada saat itu Xena kalau tidak salah. Tiba-tiba Greta
juga menjatuhkan diri di sampingku. Aku berkata sambil menggeser
tubuhku, "Kita sudah nggak pacaran lagi lho Non!" Dia jawab, "Aku tahu
kok, tapi aku masih mencintaimu." Dalam hatiku ingin sekali ku iyakan
pernyataannya itu, tapi demi melihat foto Vonny di meja segera aku
urungkan. Dia juga sempat melirik, "Pacar barumu, ya?" Kuanggukan
kepalaku dengan mantap. Dan sudah kuduga dia membalikkan tubuhnya ke
tembok. Cemburu! "Kamu juga sudah punya pacar, kan? Aku juga tidak
cemburu kok", kataku seraya menaruh tanganku di pinggulnya. Dia
akhirnya membalikkan tubuhnya dan merangkulku. "Kamu masih sayang sama
aku nggak?" Dengan ragu ku anggukan kepalaku dan seharusnya aku tidak
melakukan anggukan itu.
Kami akhirnya berciuman. Aku kemudian
mengambil minuman di lemari es dan kembali tidur di sampingnya. Greta
segera merebahkan kepalanya di dadaku dan betapa kurasakan buah dadanya
tergencet hangat di perutku. Sungguh besar buah dadanya dan baru
kusadari itu sekarang. Kurasakan kemaluanku mulai pelan-pelan berdiri,
aduh gimana nih. Aku memaksa bangkit dengan alasan mematikan TV padahal
ada remote di sebelahku. Kemaluanku akhirnya normal kembali, ah betapa
leganya aku.
Aku kembali membaringkan diriku di sebelah Greta
dan dengan agresifnya tanganku dilingkarkan ke pantatnya sehingga
posisiku berhadapan dengannya. Kurasakan juga pantatnya yang padat
berisi. Dadaku tepat menggencet buah dadanya yang menggunung. Sungguh,
sewaktu SMA tidak pernah kuperhatikan bahwa pacarku punya buah dada
sebesar kelapa dan pantat semontok itu. Mungkin waktu itu aku masih
lugu. Lama kelamaan kemaluanku naik lagi dan segera saja aku kembali ke
posisi semula sambil berpikir tentang hal-hal yang menyenangkan. Secara
tiba-tiba, Greta bangkit dan duduk di atas kemaluanku. Dess... dengan
cepat kemaluanku berdiri, "Ko... Koko masih sayang sama aku?" Dengan
keringat dingin, aku menjawab ya. Dia akhirnya tersenyum dan kembali ke
posisi semula di sebelahku. Ah... leganya!
Setelah itu, dia
tiba-tiba bertanya, "Koko nggak mau lihat?" Aku jawab "Lihat apa",
Secara perlahan Greta mulai membuka kancing pertama blusnya. Aku mulai
sadar bahwa pacarku ini sedang nafsu tapi aku teringat ajaran agamaku,
Vonnyku, orangtuaku dan aku segera menghardiknya, "Tutup kembali, Non!
Tutup..." sambil aku memalingkan mukaku. Greta menangis akan
penolakanku. Tangisnya benar-benar menyayat hatiku hingga aku merasa
iba. "Sudahlah, Non! Kita belum boleh melakukan itu" Aku merangkulnya
dan menyeka air matanya. Ternyata dia masih mencintaiku dan akhirnya
kami berciuman lagi dengan posisi aku di bawah dan dia di atas.
Kubiarkan saja kemaluanku berdiri, toh dia sudah tahu. Tapi seharusnya
tidak kubiarkan hal itu terjadi.
Saat kami berciuman, tangan
Greta merayap ke bawah dan mengelus-elus kemaluanku dengan lembut.
Tanganku sudah menarik tangannya agar lepas dari kemaluanku tapi dia
tetap ngotot bahkan mulai berani meremas-remas. Aduh... betapa enaknya
kemaluanku yang selama ini hanya aku yang sering mengelusnya sekarang
dielus bekas pacarku. Kami berdua mulai kerasukan setan.
Greta
dengan posisi menduduki kemaluanku, mulai membuka kancing blusnya satu
persatu. Dan tampaklah pemandangan yang amat menakjubkan. Betapa besar
buah dada Greta yang masih terbungkus BH. Bahkan BH-nya seakan-akan
tidak muat dan buah dadanya seakan-akan ingin meloncat keluar. Kemudian
ia melepas BH-nya dan benar, buah dadanya benar-benar meloncat keluar
saking besarnya. Kemaluanku mulai basah. Buah dada itu begitu bundar
dan montok dengan puting yang berwarna kecoklat-coklatan. "Mau netek,
Ko?" tanyanya. Sebelum aku menjawab buah dadanya diangsurkan ke depan
mulutku dan digeser-geserkan ke pipi dan bibirku. Aku semula bingung
tapi karena naluri alamiah manusia, aku mengerti bahwa dia kepingin
susunya di payudara. Segera kulumat putingnya dan tanganku memegang
buah dadanya yang sebelah. Rasanya hangat dan kenyal banget. Greta
tampak menikmati adegan bayi menghisap payudara ibu itu. Matanya
menutup dan kadang membuka.
Setelah lebih dari 5 menit aku
menetek buah dadanya, badannya mulai bergeser ke bawah hingga mukanya
tepat berada di depan kemaluanku yang masih terbungkus celana panjang.
Seketika itu aku sadar dan bangkit "Jangan... kita belum boleh
melakukannya!" Tapi dia mana mau dengar dan malah mulai membuka celana
panjangku. Dan aku sudah pasrah saja ketika dia melucuti celana
dalamku. Antara dosa dan nafsu jaraknya hanya setipis kulit ari memang.
Kemaluanku sudah tegang banget. Greta mulai mengelus-elusnya. Kadang
digenggamnya sambil dikocok naik turun. Betapa baru kali ini kurasakan
sensasi seperti ini. Seumur-umur baru kali ini kemaluanku dipegang oleh
orang lain dan dikocok lagi. Kulihat dengan perasaan malu kemaluanku
yang sudah mengeras.
Greta rupanya sudah ahli, kadang dikocoknya
kemaluanku pelan dan kadang cepat. Kulihat diantara kedua pahaku, Greta
masih asyik dengan mainan barunya. Dan tidak disangka-sangka dia
memasukan kepala kemaluanku kedalam mulutnya. Hmphh... seluruh tubuhku
bergetar hebat. Aduh... betapa enaknya! Sambil menghisap kepala
kemaluanku, dia terus saja mengocok batangnya. Kemudian dia melepaskan
hisapannya dan berkata, "Enak, Ko?" Tangannya masih terus mengocok
kemaluanku. Aku tidak dapat menjawab dan mencoba menikmati saja.
Kocokannya dihentikan sesaat dan dia meludahi kemaluanku. Aku
terheran-heran, "Biar licin!" katanya sambil meneruskan aktivitasnya.
Dia mulai menghisap kemaluanku semuanya dari batang sampai kepala.
Sungguh pintar bekas pacarku ini. Kulihat dengan perasaan nikmat kepala
Greta naik turun menghisap kemaluanku.
Sesaat kemudian kami
berdua sudah telanjang bulat. Tubuh Greta amatlah proporsional, putih
padat dan berisi, dengan pinggang yang kecil, pantat yang montok dan
buah dada yang menggunung indah. Baru kali ini aku melihat pemandangan
seindah itu. Aku sempat melihat bulu kemaluannya yang rapi berjajar di
sekitar lubang vaginanya sementara dia mencopot celana dalamnya.
Setelah itu dia menjilat-jilat kedua buah pelirku. Aku hanya terpejam
merasakan kenikmatan yang tiada tara. Greta akhirnya berhenti dan mulai
menduduki kemaluanku yang basah. Dituntunnya kepala kemaluanku ke
lubang vaginanya. Aku sudah menyerah dan tidak peduli dengan ajaran
agama. Bayangan Vonny melayang-layang dalam benakku. Persetan! Yang
penting nikmat! dan begitu pas, langsung saja pantatnya diturunkan
secara perlahan-lahan. Benar-benar surga dunia yang kurasakan. Memang
baru pertama kali ini aku melakukan senggama. Kemaluanku terasa
terperangkap di belahan daging yang sempit. Greta terus menaik-turunkan
tubuhnya. Buah dadanya bergoyang indah seperti pepaya Thailand yang
ranum. Aku segera memegangnya. Aduh enaknya! Tapi tak lama kemudian aku
merasa ada yang hendak dimuntahkan dari kemaluanku. Padahal baru
beberapa menit saja, ya mungkin baru pertama kali. Aku meringis
keenakan dan rupanya Greta tahu itu. "Mau keluar, Ko?" Aku mengangguk
saja. Dia cepat-cepat mencabut kemaluanku dari lubang vaginanya dan
meletakan batang kemaluanku di antara belahan dadanya yang dalam.
Dijepitnya batang kemaluanku dan dinaik-turunkan dengan irama teratur.
Dan benar, sebentar saja air maniku muncrat "Noon... aduh... aduh." Aku
merintih keenakan dan tubuhku bergetar "Creet... cret... cret...",
banyak sekali! Greta hanya tersenyum saja, dibiarkannya air maniku
membasahi belahan dadanya yang montok. Digenggamnya batangku kemudian
diusap-usapkannya kepala kemaluanku ke puting susunya yang ranum. Geli
sekali rasanya. Aku merasa lemas dan mataku terasa berat. Aku merasakan
jantungku berdegup lebih kencang. Greta menjatuhkan kepalanya ke dadaku
dan mengatakan bahwa dia ingin kembali kepadaku. Aku mengusap rambutnya
dan mendekapnya erat-erat. Tiba-tiba perasaan sayangku kepada Greta
bergelora kembali dan dalam hatiku aku juga ingin kembali padanya.
Demikian
cerita yang kubagikan pada kalian. Sungguh pengalaman yang luar biasa
walau hanya 9 menit saja. Aku benar-benar menyesal telah melakukannya.
Maksudku bukan menyesal karena dosa tapi menyesal kenapa tidak dari
dulu-dulu saja aku melakukannya. Ternyata Greta telah hilang perawannya
oleh pacarnya. Setelah beberapa lama hubungan kami akhirnya diketahui
Vonny dan sekarang aku telah putus dengannya. Aku sadar aku adalah
manusia terbrengsek karena membagi cintaku dan menyakiti Vonny. Tapi
apa mau dikata? Aku masih mencintai Greta, apalagi setelah pengalaman
itu, walau aku juga sayang Vonny. Ah, semua serba sulit.
TAMAT